Selasa, 21 Mei 2013

Selamat Menyambut Ulang Tahun ke 12

Sukacita mengambil kesempatan ini bagi mengucapkan Selamat Hari Jadi ke 12 kepada Mohammad Zaid Banamah iaitu anakanda kepada Haji Mohammad Sofian dan Hajah Rokiah yang jatuh pada 22 Mei 2013.


Selasa, 14 Mei 2013

Selamat Menyambut Hari Ulang Tahun

Alhamdulillah, dicucapkan selamat menyambut hari ulang tahun kelahiran kepada saudara mara yang menyambut ulang tahun pada bulan Mei 2013. Yang paling menarik terdapat beberapa orang ahliu keluarga Banamah yang menyambut hari jadi pada 14 Mei ini termasuklah Syahirah Anas (Brunei), Seri Kandi (Labuan) dan Izzatul Syafiqah Rahman (Labuan).

Syahirah Anas (cucunda Sharifah Hajah Sino Banamah) menyambut ulang tahun ke 9 dengan teman-teman sekolah di DES School Brunei pada 14 Mei 2013.

Gambar terbaru Awangku Adam Syawal Azahrin (Umur 6 hari)


Ahad, 12 Mei 2013

Tentera Berkuda

Alhamdulillah, maka ada diceritakan bahawa Banamah yang pertama adalah seorang pahlawan bangsawan dari Yemen yang bernama Ibnu Naimah. Beliau telah berjuang b di berberapa kempen perperangan termasuklah di Syam dan Egypt.  Ibnu Naimah mempunyai seekor kuda yang bernama Al-Asghar - yang juga diceritakan mendatangkan ketakutan kepada pihak lawan kerana kelajuan dan keberaniannya,


Khalid's elite light cavalry, the Mobile guard, acted as the core of the Muslim cavalry during the invasion of Syria. It was composed of highly trained and seasoned soldiers, the majority of whom had been under Khalid's standard during his Arabian and Persian campaigns.[130] Muslim cavalry was a light cavalry force armed with 5 meter long lances. They could charge at an incredible speed and would usually employ a common tactic of Kar wa far literary meaning "engage-disengage", or in modern term: “hit-and-run.” They would charge on enemy flanks and rear, their maneuverability making them very effective against heavily armored Byzantine and Sassanid cataphracts.[121] Khalid's famous flanking charge on the final day of the Battle of Yarmouk stands as testimony to just how well he understood the potentials and strengths of his mounted troops.
The Arabs soldiers were far more lightly armored then their Roman and Persian contemporaries, which made them vulnerable in close combat at set-piece battles and to missile fire of enemy archers.[120] Khalid therefore never blundered in the battle and would rely on intelligence reports from spies that he would hire from local population on liberal rewards. Persian Historian Al-Tabari said:
He (Khalid) neither slept himself, nor did he let others sleep; nothing could be kept hidden from him.[131]

—Al-Tabari, History of the Prophets and Kings

The Origin of the Arabian Breed

It is important to understand and appreciate the Barb horse, because as history drew down to the 7th century of our era, an event of the greatest significance occurred: the angel Gabriel appeared to Mohammed in a cave in Mecca, and made of him a most persuasive prophet. On fire with the new revelation and a rule for living that made sense to them, thousands of committed followers of Mohammed united to conquer and swiftly convert almost the whole of the Near East. Within a century of Mohammed’s death, all of the old Persian Empire had accepted Islam. As brothers united in religious fervor, the Persians yielded up to their Arab conquerors all the deeper secrets of horse-breeding and horsemanship which had been their almost exclusive possession for many centuries. For the first time in their history, Arabian peoples acquired horses in numbers, and from the finest of these, which hailed from the foothill country at the headwaters of the Tigris and Euphrates Rivers, the Bedouin sheikhs at long last began to craft the Arabian breed.

After sweeping success to the east, the armies of Islam looked west. In the early decades of the 8th century they took lower Egypt, then Morocco and the rest of the north African coast. They brought few horses into this region, partly because of the barriers posed by the Sinai and the Nile, but largely in fact because the region was already full of horses apt to their purposes. Thus on a fog-shrouded day in the year 711, an Islamic scouting party embarked from North Africa. Landing upon the Iberian side and reporting little resistance, they were quickly reinforced by an armada bearing many mounted soldiers. The first great victory of Islam in Iberia was fought at Jérez de la Frontera in the very heartland of Iberian horse-breeding, the province of Estremadura. Within two years, the armies of Islam had completely overrun the Iberian Peninsula.


Ayah and anak

Alhamdulillah, penulis baru sahaja memperolehi gambar terbaru anakanda Muhammad Daniyal dan ayahandanya Muhammad Dzul Azlan. Muhammad Daniyal Azlan lahir pada 9 Mei 2013 dengan berat 3.02 kg.

Sabtu, 11 Mei 2013

Selamat Menyambut Kelahiran Anak dan Cucunda Pertama

Alhamdulillah, segala pujian dan syukur kehadarat Allah kerana dengan  izinnya jua bertambah lagi bilangan keluarga Bana'mah pada 9 Mei 2013.

Kelahiran dua putera Insya Allah menambah lagi seri hidup kepada pasangan-pasangan berikut:




Seorang putera (atas) bernama Muhamad Daniyal Azlan bin Muhammad Dzul Azlan, ankanda kepada Muhamad Dzul Azlan dan isterinya Aslinah Mahmud di Kota Singapura pada jam 5 petang, 9 Mei 2013.



Seorang cucunda putera, Ak Adam Syawal Azharin bin Pengiran Saifol, anakanda Pengiran Saifol bin Pg Hj Razid dan isteri Doktor Edah Fateem bin Haji Abdullah, di Princess Royal Infirmary, Glasgow, Scotland. Tarikh lahir 9 Mei 2013 pukul 3 petang waktu tempatan (10 malam waktu Brunei).

(Atas Ak Adam Syawal Azharin dan Ninda Haji Abdullah bin Haji Tengah.)

Rabu, 8 Mei 2013

Sejarah Perpindahan Suku Arab Hadranmaut ke Indonesia


Artikel ini disalin dari blog 'Queen of Sheeba (Ratu Balqis). Ianya adalah bagi maklumat sahaja. Diucapkan terima kasih kepada Ratu Balqis
Suku Arab-Indonesia adalah warga negara Indonesia yang memiliki keturunan etnis Arab dan etnis pribumi Indonesia. Pada mulanya mereka umumnya tinggal di perkampungan Arab yang tersebar di berbagai kota di Indonesia — misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman) dan Probolinggo (Diponegoro),dan Bondowoso — serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Banjarmasin, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Kupang, Papua dan bahkan di Timor Timur. Pada jaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India-Indonesia, tapi seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah sedikit yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia.

Sejarah kedatangan
Setelah terjadinya perpecahan besar diantara umat Islam yang menyebabkan terbunuhnya khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, mulailah terjadi perpindahan (hijrah) besar-besaran dari kaum keturunannya ke berbagai penjuru dunia. Ketika Imam Ahmad Al-Muhajir hijrah dari Irak ke daerah Hadramaut di Yaman kira-kira seribu tahun yang lalu, keturunan Ali bin Abi Thalib ini membawa serta 70 orang keluarga dan pengikutnya.

Sejak itu berkembanglah keturunannya hingga menjadi kabilah terbesar di Hadramaut, dan dari kota Hadramaut inilah asal-mula utama dari berbagai koloni Arab yang menetap dan bercampur menjadi warganegara di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Selain di Indonesia, warga Hadramaut ini juga banyak terdapat di Oman, India, Pakistan, Filipina Selatan, Malaysia, dan Singapura.

Terdapat pula warga keturunan Arab yang berasal dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika lainnya di Indonesia, misalnya dari Mesir, Arab Saudi, Sudan atau Maroko; akan tetapi jumlahnya lebih sedikit daripada mereka yang berasal dari Hadramaut.
Perkembangan di Indonesia
Kedatangan koloni Arab dari Hadramaut ke Indonesia diperkirakan terjadi sejak abad pertengahan (abad ke-13), dan hampir semuanya adalah pria. Tujuan awal kedatangan mereka adalah untuk berdagang sekaligus berdakwah, dan kemudian berangsur-angsur mulai menetap dan berkeluarga dengan masyarakat setempat. Berdasarkan taksiran pada 1366 H (atau sekitar 57 tahun lalu), jumlah mereka tidak kurang dari 70 ribu jiwa. Ini terdiri dari kurang lebih 200 marga.

Marga-marga ini hingga sekarang mempunyai pemimpin turun-temurun yang bergelar “munsib”. Para munsib tinggal di lingkungan keluarga yang paling besar atau di tempat tinggal asal keluarganya. Semua munsib diakui sebagai pemimpin oleh suku-suku yang berdiam di sekitar mereka. Di samping itu, mereka juga dipandang sebagai penguasa daerah tempat tinggal mereka. Di antara munsib yang paling menonjol adalah munsib Alatas, munsib Binsechbubakar serta munsib Al Bawazier.
Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah – seperti Basyeiban dan Haneman – di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak.
Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri 2 kelompok besar yaitu kelompok Alawi (Sayyidi) keturunan Rasul SAW (terutama melalui jalur Husain bin Ali) dan kelompok Qabili, yaitu kelompok diluar kaum Sayyid. Di Indonesia, terkadang ada yang membedakan antara kelompok Sayyidi yang umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kelompok Syekh (Masyaikh) yang biasa pula disebut “Irsyadi” atau pengikut organisasi al-Irsyad

Masjid Banamah

Penulis masih ingat Allahyarham Sheikh Haji Umar bin Sheikh Haji Abdullah bercerita bahawa keturunannya berasal dari Hadramaut di Yemen.   Semasa melayari internet, saya cuba mencari lebih banyak maklumat mengenai Banamah dan juga Hadramaut. Alhamdulillah, saya terjumpa dengan satu artikel mengenai sebuag kedai tayar yang mana lokasinya diberikan sebagai ALDISS AREA, IN FRONT OF BANAMAH MASJID, Al-Mukalla Hadramaut, Yemen. Maklumat ini sangat menarik kerana ianya menyebutkan tentang sebuah Masjid yang dikenali sebagai Masjid Banamah.

Hanya yang mendukacitakan saya belum lagi memperolehi gambar atau maklumat lanjut mengenai masjid berkenaan.